Kamis, 04 Juni 2009

NEGARA YANG SALAH URUS



Koes Ploes dalam lagunya bilang tanah ini tanah surga, tongkat kayu dilempar saja bisa menjadi tanaman. Lautan ibarat kolam susu dimana ikan dan udang selalu tersedia. Artinya kita tinggal dalam suatu tempat yang sangat subur dan kaya. Sangat mudah bagi kita guna memenuhi kebutuhan pokok dalam menjalani hidup ini.
Tanah dimana kita berada luas dan termasuk tanah yang subur, berbagai macam tanaman yang kita butuhkan bisa tumbuh ditanah kita. Berbagai ikan hidup dilaut kita. Sebuah negeri yang seharusnya rakyat yang ada didalamnya bisa sejahtera.
Namun sayang realita saat ini berkata lain. Jangankan untuk menyekolahkan anak, untuk makan saja masih sulit bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Hal ini terbukti dengan maraknya kasus Gizi Buruk yang mendera masyarakat kita. Sungguh suatu hal yang ironis. Ibarat tikus yang mati di lumbung padi. Itulah ibarat nasib rakyat miskin yang ada di Indonesia ini. Kita tahu betul negeri ini subur, berbagai tanaman bisa tumbuh di negeri ini, namun sayang masih ada yang terkena busung lapar dan masih ada anak – anak yang kurang gizi. Sebuah realita yang menyedihkan dan menjemukan.
Lautan kita luas dan kaya akan ikan, namun masih banayk anak – anak nelayan yang tidak mampu untuk mengenyam pendidikan. Dan sedihnya atau mungkin bisa di katakan lucunya di wilayah yang kaya akan hasil laut ini masih banayk anak – anak yang harus kerja di jermal di tengah laut demi menyelamatkan perut adik – adiknya.
Sedih, geram, bingung atau mungkin ini hal yang biasa dinegeri kita ? Ilmu logika manapun tidak bisa menerima keadaan ini. Tanah kita subur namun masih ada yang kelaparan. Laut kita kaya akan ikan, namun anak – anak nelayan tidak bisa melanjutkan pendidikan.
Negeri ini benar – benar salah urus. Manajemen bobrok. Serta pemegang amanah yakni pemerintah yang kurang atau tidak mengerti tentang kebutuhan rakyat secara menyeluruh.
A. Budaya Korupsi Merajalela.
Bu Waginah yang jualan bunga untuk ziarah kuburan sambil menangis bercerita kepada saya bahwa Aparat desa telah memotong bantuan langsung tunai untuknya secara paksa. Sadisnya lagi pemotongan itu senilai 50% atau separuh dari nilai yang seharusnya Bu Waginah terima. Menurut aparat desa pemotongan ini untuk diberikan bagi warga miskin lain di tempat bu Waginah. Karena masih banyak warga miskin yang tidak menerima Batuan Langsung Tunai dari pemerintah. Sambil menangis bu Waginah berkata kalau dia tidak mau untuk dilakukan pemotongan maka namanya tidak akan keluar lagi sebagai penerima bantuan untuk masa – masa yang akan datang.
Mungkin ini tidak hanya terjadi pada Bu Waginah saja. Kebetulan saja dia menceritakan hal ini kepada saya sehingga saya bisa mengetahuinya. Namun mungkin masih banayk Ribuan, Ratusan Ribu bahkan mungkin Jutaan masyarakat lain yang mengalami nasih serupa dengan bu Waginah. Sungguh negeri ini sudah diselimuti oleh para tukang pangkas, namun yang di pangkas adalah hak – hak rakyat miskin.
Lain lagi cerita si Yanto teman sekolahku dulu yang saat ini bekerja sebagai penjaga gudang disalah satu perusahaan terkenal namun gajinya tak mampu untuk membayar kontrakan rumah yang memadai. Dengan gaji yang dia terima saat ini Yanto dan istri serta 2 anaknya yang masih kecil harus tinggal di rumah kontrakan seluas 3 meter kali 7 meter. Saat Yanto kena diare alias mencret dia harus dirawat dirumah sakit. Dari perusahaan tempat dia bekerja dia mempunyai kartu asuransi kesehatan. Dengan percaya diri sewaktu Yanto mau pulang dari rumah sakit, dia berikan kartu Asuransi Kesehatan yang dimilikinya kapada petugas administrasi dirumah sakit. Namun sial Kartu Asuransi Yanto di tolak oleh petugas rumah sakit tersebut. Usut punya usut ternyata asuransi kesehatan Yanto dan kawan – kawan Yanto belum dibayar oleh perusahaan dimana Yanto bekerja.
Negeri ini benar – benar merupakan tempat bagi Koruptor. Dari pejabat Tingkat Desa sampai dengan Pejabat di Senayan ada saja yang melakukan korupsi. Tidak mengenal latar belakang baik itu dari kalangan yang jarang sembahyang sampai pada anggota partai yang menggunakan ajaran agama untuk kampanye ada saja yang terlibat kasus korupsi.
Kawan saya bilang kalau kita mau kaya di Indonesia cari jalan supaya bisa korupsi. Karena asal kita pandai – pandai maka amanlah kita korupsi. Tak perlu pintar untuk bisa kaya di Indonesia ini, asal kita pandai – pandai maka bisa kaya kita hidup di Indonesia ini. Pandai berbohong, pandai menipu, dan jangan lupa pandai – pandai dalam menyogok, kata kawan yang satu ini. Bahkan kalo kita lagi apes kena tilang sama Polisi maka pandai – pandailah melakukan negosiasi sehingga kita tidak perlu ke pengadilan untuk membayar tilang kita.
Perkataan kawan saya ini setelah saya renungkan memang benar adanya. Di negeri yang kemerdekaannya dibayar dengan lautan darah dan nyawa ini sekarang memang benar – benar lucu. Semua bisa diatur, asalkan ada uang bisa beres.
Pegawai negeri sebagai pelayan bagi masyarakat minta dijadikan raja atau paling tidak sebagai majikan dari masyarakat. Padahal dia dibayar dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat. Artinya dia dibayar oleh masyarakat. Bukankan biasanya yang membayar itu sebagai majikan dan yang dibayar sebagai pelayan. Namun di negeri ini sudah terbalik. Yang dibayar minta dijadikan majikan dan yang membayar terpaksa menjadi pelayan.
Bahkan tetangga saya seorang pegawai negeri di kantor bupati jam 2 siang sudah pulang, padahal dia berangkat kerja dari rumah jam 9 pagi, di hari senin saja dia berangakt pagi – pagi alasannya ada pemeriksaan setiap senin, namun dihari – hari berikutnya paling cepat jam 9 pagi dia baru berangkat kerja. Bahkan dengan bangganya di jam – jam yang seharusnya dia bekerja justru dengan masih memakai pakaian dinas dia nongkrong di warung kopi. Setiap kali saya tanya tentang hal itu dia selalu menjawab rajin bekerja atau tidak gajinya juga sama, nggak ada bedanya. Asal pandai – pandai saja selamatlah kita.
Sungguh lucu sekali negeri ini, teringat saya waktu masih duduk di Sekolah Dasar setiap pagi kami diajarkan untuk berbaris di depan kelas sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Dilakukan pemerikasaan warna sepatu dan warna kaos kaki agar semua bisa seragam dan disiplin kata pak Guru yang melakukan pemerikasaan waktu itu. Namun setelah besar pengetahuan dasar tentang disiplin itu seolah hilang ditelan waktu.
Tidak hanya korupsi uang namun waktupun sudah biasa dikorupsi dinegeri ini. Orang bilang sudah separuh abad negeri ini merdeka, namun sampai dengan saat ini kita masih dijajah dengan makhluk yang bernama KORUPSI. Waajrlah bila negeri ini disebut segagai negeri korupsi.
Dan yang paling menyedihkan sekaligus menggelikan. Instansi milik pemerintah yang seharusnya bisa dijadikan sebagai salah satu element ujung tombak pemberantasan korupsi justeru terlibat dengan kasus korupsi ber milyar – milyar rupiah. Tragisnya lagi yang terlibat adalah pejabat yang mendapat anugerah sebagai pejabat terbaik dalam menjalankan tugasnya.
B. Sistem ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat kecil.
Dalam sejarah Indonesia di masa orde baru dibawah kediktatoran Suharto, kita mengenal istilah RePeLiTa (Rencana Pembangunan Lima Tahun) serta yang jangka panjang ada Rencana Pembangunan Duapuluh Lima Tahun. Dalam perencanaannya secara teori sungguh sangatlah baik dan manis. Didalamnya diuraikan bagaimana bangsa ini akan melakukan pembangunannya sehingga rakyat bisa sejahtera. Tidak kita pungkiri bahwa pada jaman Rezim Suharto negeri ini pernah mendapat penghargaan dari Organisasi Internasional karena berhasil dalam program swa sembada pangan. Namun ternyata keberhasilan itu bagaikan angin sesaat yang kemudian pergi menjauh dan tak kembali lagi. Pertanian di Indonesia kembali terpuruk dan sedihnya saat ini Indonesia merupakan salah satu negara pengimport beras yang cukup besar.
Pembangunan di Indonesia guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih menguntungkan golongan masyarakat tertentu. Konglomerat – konglomerat bak penjahat yang meraup uang – uang rakyat guna memenuhi hasrat bejat mereka. Sementara rakyat semakin menderita dengan sistem ekonomi yang ada.
Buruh semakin ditekan demi mendatangkan investor dari luar negeri. Hak – hak buruh semakin di pangkas dan terus di tindas. Upah yang mereka terima sebagai imbalan atas jerih payah luar biasa yang sudah mereka lakukan tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hidup dalam rumah kontrakan sempit dan pusing memikirkan biaya pendidikan untuk anaknya.
Pedagang kaki lima digusur tanpa solusi yang berpihak pada mereka demi kata keindahan kota. Padahal pedagang kaki lima merupakan salah satu sektor perekonomian yang tidak membebani negara. Mereka menggelar jualannya dengan modal yang diusahakan sendiri tanpa harus meminjam dari negara. Dan dengan cara ini terbukti mereka bisa menghidupi keluarga mereka. Sementara konglomerat yang diberi fasilitas pinjaman modal dari negara justeru kabur ke luar negeri membawa harta rakyat demi kepentingan mereka sendiri.
Begitu juga dengan hasil – hasil tambang. Negara tidak mampu mengelola hasil – hasil tambang guna kepentingan rakyat. Bahkan tragisnya sumber – sumber penting dari hasil pertambangan ini banayk yang dikuasai oleh Luar Negeri. Freeport begitu bebasnya mengeruk emas di tanah papua. Exxon Mobile dengan bangganya melakuka explorasi di tanah Rencong. Sementara Rakyat tetaplah menderita.
Di kabupaten Blora dimana Blok Cepu sebagian berdiri di sana sebagai penghasil minyak bumi, rakyat banyak masihlah menderita. Kekeringan dan kekurangan air bersih menjadi hal yang biasa ketika kemarau datang. Berkilo – kilo rakyat mengayuh sepeda guna mendapatkan air, dan itupun bukan merupakan air yang layak dikonsumsi, sungguh realita yang sangat menyedihkan. Kekayaan alam yang seharusnya bisa digunakan untuk kemakmuran rakyat ternyata amblas digondol oleh pihak – pihak asing, dan tragisnya Pemerintah terkesan memberi dukungan kepada pihak – pihak asing guna menguras kekayaan bangsa ini.
Saya teringat dengan salah satu teori ekonomi pembangunan yang dijadikan acuan Rezim Orde Baru dalam melakukan pembangunan. Mereka mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di Indonesia ibarat Air yang dituangkan kedalam gelas, lama – lama air itu akan tumpah dan membasahi tempat disekitar gelas tersebut. Artinya dalam hal ekonomi Indonesia terbuka untuk pihak asing dalam mendirikan Industri. Dengan adanya Industri di suatu daerah pemerintah berharap efek dari Industri tersebut bisa menetes kemasyarakat sekitar, sehingga masyarakat disekitar industri tersebut bisa sejahtera. Namun ada hal yang dilupakan oleh pemerintah kita, setelah gelas yang pertama penuh dibelakangnya masih berderet gelas – gelas lain yang minta untuk diisi, sehingga air tidak menetes di tempat gelas itu berada. Hasil alam hanya dinikmati oleh pemilik – pemilik modal dan rakyat hanya terpaku, terdiam alias mlongo (termenung) melihat itu semua.
C. Pelayanan umum yang buruk dan memprihatinkan.
Dalam teorinya Pemerintah merupakan pelayan publik. Artinya pegawai negeri adalah pelayan rakyat, yang harus memperhatikan pelayanan kepada masyarakat, memberikan yang terbaik bagi rakyat, karena mereka digaji oleh rakyat.
Namun di negeri ini memang lucu, semua bisa dibalik – balik. Pelayan bisa menjadi majikan dan majikan bisa menjadi pelayan. Pegawai negeri minta dihormati kelewat tinggi. Fasilitas yang diberikan rakyat kepada mereka sering disalah gunakan. Bahkan lucunya sering sekali dimalam minggu mobil ber nomor polisi berwarna merah dipakai anaknya untuk apel dirumah pacar sang anak. Fasilitas yang diamanahkan oleh rakyat dikhianati dengan penggunaan yang tidak pada semestinya.
Sebagai pelayan masyarakatpemerintah harus benar – benar memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Kepentingan umum haruslah di dahulukan diatas kepentingan pribadi dan golongan. Namun dinegeri ini sudah menjadi hal yang wajar bagi yang berkuasa untuk mengutamakn kepentingan golongan dibandingkan dengan kepentingan umum. Proyek – proyek fasilitas umum seperti jalan , jemabatan, saluran irigasi dan lain sebagainya menjadi lahan empuk bagi golongan tertentu yang dekat dengan pemerintah. Korupsi, kolusi dan Nepotisme melingkupi proses tender yang ada, hasilnya pekerjaan tidak semestinya, kualitas dari hasil yang dikerjakan jauh dari kata maksimal, bahkan jauh dari kata standar. Dan sekali lagi rakyat hanya bisa mengeluh dan mengumpat atas jalan – jalan yang berlobang, saluran irigasi yang mudah jebol, jembatan – jembatan yang mudah reyot.
Ada seorang anak yang saya kenal dimana dia dianugerahi oleh Tuhan kaki yang tidak seperti pada manusia lainnya. Sejak kecil dia harus menggunakan kursi roda. Namun dalam hal pelajaran dia sungguh luar biasa. Dia serin g bercerita pada saya kenapa dia harus di anugerahi tuhan dengan kondisi kaki yang tidak bisa digunakan dengan semestinya. Saya bilang kepada dia Tuhan menciptakan makhluknya untuk menyelesaikan permasalahan yang harus dia hadapi di duania ini. Begitu juga dengan dia, Tuhan menciptakan dia dengan kondisi kaki yang lemah adalah merupakan kesempurnaan dari dia. Tuhan selalu menciptakan makhluknya dengan sempurna. Jangan hiraukan kata – kata masyarakat yang mengatakan bahwa dia adalah orang yang cacat. Karena pada dasarnya masyarakat ini sudah cacat semuanya. Bahkan lebih parah dari kondisi kaki dia. Mendengar itu dia ketawa. Kemudia dia mengeluhkan kenapa di sekolah dia tidak dilengkapi dengan Ram, sehingga dia mudah ketika masuk kelas. Tangga – tangga disekolah dia tidak di lengkapi dengan Ram, sehingga ibunya harus mengangkat dia dan kursi rodanya setiap masuk dan pulang sekolah. Ditambah lagi tempat buang air kecil di sekolahnya tidak ada fasilitas untuk anak – anak seperti dia. Sehingga ibunya harus menungguinya setiap hari disekolahan, karena kalau tidak dia tidak ada yang membantu ketika mau buang air kecil. Untung ibunya baik sekali, rela menungguinya setiap hari disekolah. Saat ini dia masih di Sekolah Dasar, dia takut lama – lama ibunya jenuh dan tidak mau menungguinya lagi ketika disekolah. Dia bertanya kepada saya, kenapa pemerintah tidak menyediakan fasilitas untuk anak – anak seperti dia. Hanya menyediakan Ram dan Toilet yang bisa di akses oleh anak – anak seperti dia kan tidak mahal dibandingakn dengan hasil korupsi para pejabat itu, kata – kata dia dengan memelas dan serius. Saya hanya bisa terdiam tidak tahu harus menajwab apa. Namun akhirnya dengan senyum yang saya paksakan saya menjawab, karena pemerintah saat ini juga cacat dan tidak sanggup bangkit dari kecacatan itu. Dan dia pun tertawa mendengar jawaban saya tersebut.
Sampai dirumah saya merenungi cerita anak tersebut. Sungguh sangat buruk penyediaan fasilitas umum dinegeri ini. Anak kecil seusia Sekolah Dasar seperti dia harus menanggung beban akibat jeleknya fasilitas umum. Dan bila kita melihat disekitar kita sungguh sangat – sangat buruklah fasilitas umum yang ada dinegeri ini. Sampah menumpuk tidak diangkut – angkut merupakan pemandangan yang biasa dimana saya tinggal. Padahal kalau sampah tersebut sudah menumpuk maka semakin banyaklah lalat – lalat ditempat kami, dan lalat tersebut membawa kuman penyakit yang bisa menyebabkan mencret alias diare. Apa mungkin pemerintah saat ini menginginkan rakyatnya sakit, sehingga semakin mudah untuk dibodoh – bodohi.
Hampir semua sektor fasilitas umum sangatlah jauh dari kata – kata memuaskan. Kemaren saya naik kereta api, dalam karcisnya tertulis Bisnis, karena memang tidak ada kelas ekonomi. Sayapun naik kereta api tersebut. Ketika dalam perjalanan kebetulan saya ingin buang air keci, dan parahnya ternyata tempat buang air kecilnya baunya sungguh membuat mual, ditambah lagi tidak ada air ditempat buang air kecil tersebut. Setiap tahun dalam laporan Perusahaan Jawatan Kereta Api senantiasa mengalami keuntungan, artinya ada kelebihan uang dari pada modal yang dikeluarkan. Namun ternyata keuntungan yang diraih oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api ini mengorbankan kenyamanan penumpangnya. Sungguh BETUL- BETUL SIALAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar